Batik Ka Ga Nga, Nasibmu Kini...
20/02/17
Di saat Gubernur Bengkulu, Dr. H. Ridwan Mukti, MH sedang bersemangat-semangatnya mempromosikan Batik Besurek, batik khas Bengkulu. Justru, Batik Ka Ga Nga, batik khas asal Kabupaten Rejang Lebong, sebuah kabupaten yang terdapat di Provinsi Bengkulu ini mengalami nasib buruk.
Mengapa bernasib buruk? Iya, karena Koperasi Pei Citra Daerah, merupakan satu-satunya unit usaha yang memproduksi batik Ka Ga Nga sudah tutup. Sehingga, tidak ada lagi di Kabupaten Rejang Lebong tempat produksi batik bermotif huruf asli suku Rejang tersebut.
Tempat produksi Batik Ka Ga Nga ini terpaksa harus tutup, karena terkendala pemasaran. Padahal, kualitasnya tidak kalah dengan batik-batik yang berasal dari Pulau Jawa.
Di samping itu, minimnya peran serta pemerintah daerah untuk meningkatkan dan memperkenalkan Batik Ka Ga Nga ini, sehingga mampu bersaing dengan batik-batik asal daerah lainnya.
Bertahun-tahun produksi Batik Ka Ga Nga terseok-seok, namun tidak ada upaya dari pemerintah daerah, bagaimana supaya produksi Batik Ka Ga Nga ini bisa tetap bertahan dan dikenal masyarakat luas. Hingga akhirnya, benar-benar mati. Batik Ka Ga Nga hanya tinggal nama.
BACA JUGA: Ketika Karya Rajutan Jadi Trend Masa Kini
BACA JUGA: Panggung Sunyi Pantomime
Kalaupun sebelumnya ada sekolah atau dinas/instansi yang mengenakan pakaian seragam Batik Ka Ga Nga, justru dipesan dari Jawa. Sayangnya yang dipesan bukan batik asli, namun batik yang menggunakan mesin cetak atau mesin printing. Bukan batik tulis atau cap seperti yang dilakukan Koperasi Pei Citra Daerah sebelum tutup. Memang, harga batik printing bisa lebih murah karena proses produksinya menggunakan mesin. Sehingga pengerjaannya jauh lebih mudah. Namun, dari segi kualitas, batik tulis dan batik cetak jauh lebih unggul dan bernilai tinggi dibandingkan printing.
Kita hanya berharap, agar pemerintah daerah kembali menghidupkan produksi Batik Ka Ga Nga dan memperkenalkannya kepada generasi muda. Agar Batik Ka Ga Nga mampu bersaing dengan batik-batik lainnya di Tanah Air. Sehingga akhirnya, tumbuh sentra-sentra batik di Kabupaten Rejang Lebong ini. Dan bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Rejang Lebong.
Mengapa bernasib buruk? Iya, karena Koperasi Pei Citra Daerah, merupakan satu-satunya unit usaha yang memproduksi batik Ka Ga Nga sudah tutup. Sehingga, tidak ada lagi di Kabupaten Rejang Lebong tempat produksi batik bermotif huruf asli suku Rejang tersebut.
Tempat produksi Batik Ka Ga Nga ini terpaksa harus tutup, karena terkendala pemasaran. Padahal, kualitasnya tidak kalah dengan batik-batik yang berasal dari Pulau Jawa.
Di samping itu, minimnya peran serta pemerintah daerah untuk meningkatkan dan memperkenalkan Batik Ka Ga Nga ini, sehingga mampu bersaing dengan batik-batik asal daerah lainnya.
Bertahun-tahun produksi Batik Ka Ga Nga terseok-seok, namun tidak ada upaya dari pemerintah daerah, bagaimana supaya produksi Batik Ka Ga Nga ini bisa tetap bertahan dan dikenal masyarakat luas. Hingga akhirnya, benar-benar mati. Batik Ka Ga Nga hanya tinggal nama.
BACA JUGA: Ketika Karya Rajutan Jadi Trend Masa Kini
BACA JUGA: Panggung Sunyi Pantomime
Kalaupun sebelumnya ada sekolah atau dinas/instansi yang mengenakan pakaian seragam Batik Ka Ga Nga, justru dipesan dari Jawa. Sayangnya yang dipesan bukan batik asli, namun batik yang menggunakan mesin cetak atau mesin printing. Bukan batik tulis atau cap seperti yang dilakukan Koperasi Pei Citra Daerah sebelum tutup. Memang, harga batik printing bisa lebih murah karena proses produksinya menggunakan mesin. Sehingga pengerjaannya jauh lebih mudah. Namun, dari segi kualitas, batik tulis dan batik cetak jauh lebih unggul dan bernilai tinggi dibandingkan printing.
Kita hanya berharap, agar pemerintah daerah kembali menghidupkan produksi Batik Ka Ga Nga dan memperkenalkannya kepada generasi muda. Agar Batik Ka Ga Nga mampu bersaing dengan batik-batik lainnya di Tanah Air. Sehingga akhirnya, tumbuh sentra-sentra batik di Kabupaten Rejang Lebong ini. Dan bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Rejang Lebong.