Kisah Nyata, Abah Guru Sekumpul Masih Aktif Berdakwah di Papua Meski Sudah Meninggal
Abah Guru Sekumpul atau Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari.Wikimedia (Commons/Ezagren)
KOPICURUP.ID - Cerita mengenai kekaromahan Guru Sekumpul (KH Muhammad Zaini Abdul Ghani) terkenal tidak hanya di Kalimantan, tetapi juga di berbagai daerah terpencil di pedalaman Papua.
Kisah ini didasarkan pada pengalaman nyata penduduk pedalaman Papua yang terkejut dan terpesona oleh perayaan haul Abah Guru, meskipun mereka belum lama ini mulai belajar agama dari Abah Guru.
Disadur dari umma.id, peristiwa ini terjadi selama perayaan haul ke-10 Abah Guru Sekumpul pada tahun 2015. Saat itu, sebuah rombongan dari pedalaman Papua datang ke lokasi acara haul di Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan. Mereka merasa bingung karena ini adalah kali pertama mereka meninggalkan pulau dan mereka sendiri tidak tahu dengan pasti seperti apa acara tersebut.
“Acara haul ini sebetulnya kayak gimana?” Tanya mereka.
Setelah mengetahui kehadiran rombongan tersebut, panitia acara haul mengundang mereka untuk memasuki kompleks makam Guru Sekumpul. Rombongan tersebut terdiri dari puluhan orang.
“Ini yang dihaul-i apa yah?” Tanya mereka, lagi, setelah ritual ziarah berlangsung sebentar.
Mereka benar-benar tidak mengetahui maksud dan tujuan haul.
“Ini adalah acara peringatan kematian shahibul haul, yang setiap fotonya juga ada di tiap rumah,” jawab panitia.
“Siapa namanya?”
“Guru Zaini”.
“Orangnya seperti apa?” Makin penasaran saja panitia.
“Ayo mari sini”.
Panitia acara mengajak rombongan dari Papua untuk mengunjungi beberapa warung yang terletak di sekitar area haul Guru Sekumpul. Di warung-warung tersebut, terdapat banyak foto Guru Sekumpul yang dijual dan dipajang.
“Yang mana namanya Guru Zaini?”
“Ya ini”.
Secara tiba-tiba, rombongan tersebut langsung terharu dan mengucapkan syahadat secara bersama-sama. Mereka mengenali foto-foto yang ditunjukkan oleh panitia di warung-warung sebagai sosok guru yang mengajar akhlak dan kebajikan di pedalaman Papua, tempat kelahiran mereka.
Kemudian, rombongan tersebut kembali ke makam Guru Sekumpul dan memohon maaf. Meskipun Guru Sekumpul telah wafat pada tanggal 10 Agustus 2005, menurut kisah nyata rombongan dari Papua, beliau masih mengajarkan konsep ke-Esaan Allah di pedalaman Papua dan memberikan mereka dukungan finansial untuk perjalanan pulang-pergi ke Papua, termasuk biaya makan dan kebutuhan lainnya.
Ini adalah salah satu karomah yang dimiliki oleh para Wali Allah. Mereka memiliki dimensi spiritual yang melebihi pemahaman rasional manusia. Itu adalah kehendak Allah yang memberikan karomah kepada hamba-hamba-Nya yang dikasihi.Wallahualam***
Baca juga artikel lainnya di sini